MQK Internasional 2025 di Wajo Sukses Putar Uang Rp20 Miliar, Bukti Event Pesantren Dongkrak Ekonomi Daerah
1 min read
PESANKU.CO.ID, WAJO - Siapa sangka kompetisi membaca kitab kuning bisa menggerakkan perekonomian hingga puluhan miliar rupiah? Itulah yang terjadi di Kabupaten Wajo saat menggelar Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) 2025 yang resmi ditutup pada Senin malam (6/10) di Lapangan Merdeka Sengkang. Bupati Wajo Andi Rosman mengungkapkan fakta mengejutkan tentang dampak ekonomi dari gelaran internasional ini. "Laporan yang kami terima, perputaran uang selama pelaksanaan MQK sekitar Rp20 miliar," ungkap Andi Rosman di hadapan ribuan peserta. Angka fantastis itu dihasilkan hanya dalam waktu satu minggu, tepatnya 1-7 Oktober 2025. Perputaran uang tersebut berasal dari berbagai sektor, mulai dari akomodasi, konsumsi, transportasi, hingga pembelian oleh-oleh dan cinderamata khas Wajo. Menteri Agama Prof. Nasaruddin Umar yang hadir secara virtual dalam penutupan ini memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat Wajo. "Saya banyak bertemu orang. Mereka memberikan penilaian yang positif atas pelaksanaan MQK karena keramahan masyarakat," ujarnya. Keramahan yang tulus dari masyarakat Bumi Lamaddukelleng ini bahkan menjadi salah satu alasan mengapa Wajo dinilai layak menjadi tuan rumah event bergengsi. "Wajo sudah layak menjadi tuan rumah untuk event nasional dan internasional," tegasnya. Acara penutupan yang digelar di Kecamatan Tempe ini dihadiri sejumlah pejabat tinggi, termasuk Dirjen Pendis Kemenag RI Prof. Amin Suyitno, Direktur Pesantren Kemenag RI Basnang Said, Wakil Ketum Ponpes As'adiyah Prof. Kamaluddin Abu Nawas, serta Wakil Bupati Wajo dr. Baso Rahmanuddin dan Ketua DPRD Wajo Firmansyah Perkesi. MQK 2025 ini mempertemukan delegasi dari 34 provinsi di Indonesia dan 10 negara sahabat, yaitu: - Indonesia - Malaysia - Singapura - Thailand - Filipina - Myanmar - Brunei Darussalam - Kamboja - Timor Leste - Vietnam Pondok Pesantren As'adiyah Sengkang mendapat pujian khusus dari Menteri Agama atas penyelenggaraan event yang menggabungkan MQK Internasional ke-1 dan MQK Nasional ke-8 ini. Kesuksesan penyelenggaraan ini membuktikan bahwa pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga mampu menggerakkan roda ekonomi lokal dan mempromosikan daerah ke kancah internasional. Event ini membuktikan bahwa kegiatan keagamaan berbasis kearifan lokal dapat memberikan dampak ganda: melestarikan tradisi keilmuan Islam sekaligus menggerakkan ekonomi masyarakat. Dengan perputaran uang Rp20 miliar dalam seminggu, MQK 2025 di Wajo mencatat sejarah baru bahwa event religius berbasis pesantren bisa menjadi lokomotif ekonomi daerah.(wan)