TNI dan Warga Bersihkan Selokan di Peneki: Gotong Royong Cegah Banjir Musim Hujan
1 min read
PESANKU.CO.ID, WAJO - Di bawah terik matahari pagi, personel TNI dan warga Kelurahan Peneki kompak mengangkat sampah dan rumput liar dari selokan yang mulai mampet. Kegiatan karya bakti yang dipimpin Serma Asmar dari Koramil 1406-07/Takkalalla ini bukan sekadar ritual bersih-bersih, tapi strategi preventif menghadapi ancaman banjir musim hujan, Kamis (23/10/2025).
Selokan dan parit di sekitar permukiman warga Kelurahan Peneki, Kecamatan Takkalalla, mulai tersumbat sampah plastik, daun kering, dan rumput liar. Jika dibiarkan, saat hujan deras datang, genangan air akan mengepung rumah-rumah warga. Daripada menunggu bencana, lebih baik mencegah sejak dini.
"Melalui karya bakti ini, kita ingin membangkitkan kembali semangat gotong royong masyarakat serta menjaga kebersihan lingkungan agar tetap sehat dan nyaman," ujar Serma Asmar sambil ikut menyingsingkan lengan baju.
Pernyataan ini menyentuh isu penting: gotong royong, tradisi luhur yang dulunya jadi tulang punggung kehidupan desa, kini mulai pudar. Individualisme menggerus kebiasaan saling bantu. Banyak warga lebih memilih diam di rumah daripada turun ke jalan membersihkan lingkungan bersama.
Kehadiran TNI dalam kegiatan seperti ini punya efek katalis. Ketika seragam loreng turun ke lapangan, warga merasa terpanggil untuk ikut serta. Bukan karena takut, tapi karena malu jika TNI saja mau capek-capek, sementara warga sendiri hanya menonton dari teras rumah.
Pembersihan saluran air mungkin terdengar sepele, tapi dampaknya strategis. Banjir di permukiman bukan hanya soal genangan air, tapi juga penyakit, kerusakan infrastruktur, dan kerugian ekonomi. Selokan yang bersih berarti aliran air lancar, risiko banjir turun, dan kesehatan masyarakat terjaga.
Ini adalah bentuk ketahanan berbasis komunitas. Bukan menunggu bantuan pemerintah pusat saat bencana terjadi, tapi membangun sistem pertahanan di tingkat kelurahan. Sederhana, murah, tapi efektif.
Warga Kelurahan Peneki menyambut positif kegiatan ini dan berharap bisa dilakukan secara rutin sebagai bentuk kebersamaan antara TNI dan masyarakat dalam menjaga lingkungan. Harapan ini wajar. Karena karya bakti yang efektif bukan yang dilakukan sekali setahun untuk dokumentasi, tapi yang konsisten dan melibatkan partisipasi aktif warga.
Peran TNI dalam kegiatan non-militer seperti karya bakti sering menuai perdebatan. Ada yang menganggap ini pemborosan sumber daya—TNI seharusnya fokus pada pertahanan negara, bukan urusan sampah dan selokan.
Tapi ada perspektif lain: keamanan nasional tidak hanya soal senjata dan perbatasan, tapi juga soal stabilitas sosial dan kesejahteraan masyarakat. Ketika TNI hadir di tengah warga, membersihkan selokan, memperbaiki jalan, atau membantu panen padi, mereka sedang membangun modal sosial dan kepercayaan yang jauh lebih kuat daripada sekadar menjaga pos perbatasan.
Kehadiran TNI di Kelurahan Peneki bukan hanya membersihkan selokan, tapi juga membersihkan jarak psikologis antara aparat dan masyarakat. Ini adalah soft power yang sering dilupakan dalam diskusi pertahanan negara.(Wan)