4.000 Petani Wajo Berkumpul, Bupati Canangkan Tudang Sipulung Jadi Agenda Tahunan
2 min read
PESANKU.CO.ID, WAJO — Suasana penuh suka cita menyelimuti Rice Processing Center (RPC) Anabanua, Kecamatan Maniangpajo, Rabu (5/11/2025). Kurang lebih 4.000 petani dari berbagai Kelompok Tani (Poktan) se-Kabupaten Wajo berkumpul dalam acara tudang sipulung sekaligus manre sipulung yang dihadiri langsung oleh Bupati Wajo, Andi Rosman bersama Wakil Bupati dr Baso Rahmanuddin.
Kehadiran Kepala Badan Perakitan dan Modernisasi Pertanian (BRMP) Kementerian Pertanian RI, Prof Dr Ir Fadjry Djufry, semakin menegaskan pentingnya posisi Wajo dalam peta pertanian nasional.
Prof Djufry mengungkapkan, Kabupaten Wajo merupakan salah satu ikon Sulawesi Selatan dalam produksi pertanian dengan pencapaian yang membanggakan.
"Wajo ini secara nasional urutan ke-11 produksi pertanian. Di Sulawesi Selatan, hanya Bone di atasnya. Penting bagi Pemkab Wajo terus mengembangkan sektor pertanian dengan memperhatikan program dan kami berkomitmen membantu hal itu," tegasnya.
Pihaknya juga mengapresiasi langkah Pemkab Wajo melaksanakan program tudang dan manre sipulung sebagai wujud pelestarian kearifan lokal.
"Tudang sipulung ini tempat bersatunya persepsi terkait apa yang menjadi keinginan petani di Kabupaten Wajo. Mari terus lestarikan kegiatan seperti ini," sambungnya.
Bupati Andi Rosman dalam sambutannya menyebut para petani sebagai tonggak pangan di Kabupaten Wajo yang patut mendapat apresiasi tinggi.
"Kita perlu mengapresiasi para pejuang kita, tanpa mereka sektor pangan kita tentu tidak semaksimal ini," ujar Andi Rosman.
Ia menjelaskan, tujuan dilakukannya tudang sipulung sebagai wujud rasa syukur kepada Sang Pencipta atas produksi padi serta memperkuat kebersamaan dalam mengelola sektor pertanian.
"Dengan kebersamaan yang kita miliki ini, kita harus satu komando dalam memulai pertanian, seperti pengolahan tanah, bibit itu harus bersama-sama dilakukan," paparnya.
Melihat antusiasme dan manfaat yang dirasakan, Pemkab Wajo berencana menjadikan kegiatan tudang dan manre sipulung sebagai kalender tahunan.
"Insya Allah kita bakal jadikan ini kalender tahunan. Sangat perlu dilakukan karena kebersamaan dan keharmonisannya guna saling bertukar pikiran, ilmu dan sama-sama mencari solusi jika ada masalah dalam sektor pertanian," tegasnya.
Prof Djufry menyampaikan komitmen Kementerian Pertanian untuk mendorong kemajuan pertanian di Wajo melalui berbagai program konkret.
"Kementerian Pertanian siap mendorong jalan usaha tani, benih dan bibit unggul agar pak Bupati jalankan program peningkatan IP (Indeks Pertanaman)," urainya.
Salah satu program unggulan yang akan dijadikan pilot project adalah penggunaan varietas padi Cakrabuana yang memiliki umur pendek 85-90 hari, cocok untuk wilayah yang ketersediaan airnya memadai.
"Jadi wilayah yang tersedia air kita punya varietas ginjal yang umurnya 85-90 hari, namanya Cakrabuana dan ini harus dijadikan pilot project," sambungnya.
Momen tudang sipulung juga menjadi wadah bagi petani menyampaikan kendala yang dihadapi, salah satunya kelangkaan bahan bakar solar yang menghambat operasional alat dan mesin pertanian.
Menanggapi hal tersebut, Prof Djufry berjanji akan segera melaporkan permasalahan ini karena menyangkut kebutuhan vital petani.
"Saya baru dengar ternyata Wajo masih terkendala Solar, nanti saya akan laporkan karena ini menyangkut kebutuhan utama petani. Alat Mesin pertanian pun akan diprioritaskan," tegas Prof Djufry.
Komitmen konkret dari Kementerian Pertanian ini diharapkan dapat semakin mendorong produktivitas pertanian Wajo dan memperkuat posisinya sebagai lumbung pangan Sulawesi Selatan.(Adv)