Menag Buka MQKI Pertama di Wajo : Pompes Menuju Golden Age Islam Baru
1 min read
PESANKU.CO.ID, WAJO -- Gelaran Musabaqah Qiraatil Kutub Internasional (MQKI) I tahun 2025 resmi dibuka oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar di Pondok Pesantren As’adiyah, Wajo, pada Kamis (2/10/2025). Ajang kompetisi kitab kuning internasional pertama di Indonesia ini diikuti ribuan santri dari berbagai daerah Indonesia dan sembilan negara Asia Tenggara. “Kita sedang menapaki anak tangga pertama untuk mencapai the golden age of Islamic civilization. Kejayaan intelektual dan budaya Islam,” ujar Menag Nasaruddin Umar dalam sambutan pembukaan. Menag menegaskan MQKI 2025 bukan sekadar lomba membaca kitab kuning, melainkan langkah strategis mewarisi tradisi keilmuan Islam klasik. Ia mengingatkan masa keemasan Islam abad ke-8 hingga ke-13 yang melahirkan ulama multi-talenta seperti Jabir bin Hayyan (bapak ilmu kimia modern) dan Al-Khawarizmi (bapak Aljabar dunia) di era Baitul Hikmah Baghdad. Menurut Menag, MQKI adalah anak tangga pertama untuk menguasai Bahasa Arab dalam buku-buku turats. Langkah selanjutnya menjadi musyarriq (pemberi anotasi) terhadap karya terdahulu, dan puncaknya menjadi muallif (penulis). “Tiga langkah ke depan mudah-mudahan Indonesia bisa mencapai the new golden age of civilization,” tegasnya. Seleksi awal MQKI telah diikuti 8.773 santri dari 1.218 lembaga pesantren dan Ma’had Aly melalui sistem Computer-Based Test (CBT). Ajang yang berlangsung 2-7 Oktober ini juga menghadirkan peserta dari Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Timor Leste, Singapura, Vietnam, Kamboja, Thailand, dan Myanmar. Wakil Ketua Umum Ponpes As’adiyah, Kamaluddin Abunawas, menyatakan kebanggaan dipercaya menjadi tuan rumah. Pesantren yang kini berusia hampir satu abad ini memiliki sekitar 8 ribu santri di pusat, 453 cabang di seluruh Indonesia, dan satu cabang di Malaysia. Selain kompetisi kitab kuning, panitia menyiapkan tujuh rangkaian acara lainnya: Halaqah ulama internasional, Perkemahan pramuka santri nusantara, Expo kemandirian pesantren, dan Program pesantren hijau. Mengusung tema “Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian dengan Kitab Turats”, MQKI 2025 mengingatkan relevansi pesantren dalam menjawab tantangan global. Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, Amien Suyitno, menyinggung peran ulama besar Sulsel, KH Ali Yafie, yang jauh sebelum isu global warming telah menggagas fikih lingkungan. “Hari ini kita ingin mengingatkan kembali,” katanya. Kakanwil Kemenag Sulsel, Ali Yafid, menegaskan MQKI adalah momentum mempertemukan tradisi, ilmu, dan budaya. “Kehadiran delegasi dari berbagai negara membuktikan bahwa pesantren di Indonesia telah menjadi pusat perhatian dunia. Kitab kuning bukan sekadar teks, melainkan warisan intelektual yang hidup, terus dikaji, dan relevan sepanjang zaman,” ujarnya.(wan)